PENDAHULUAN
A. Latar
Belakang
Buah-buahan merupakan bahan pangan
sumber vitamin, selain buahnya yang dimakan dalam bentuk segar, daunnya juga
dapat dimanfaatkan untuk berbagai keperluan. Warna buah cepat sekali berubah
oleh pengaruh fisika misalnya sinar matahari dan pemotongan, serta pengaruh
biologi (jamur) sehingga mudah menjadi busuk. Oleh karena itu pengolahan bahan
buah untuk memperpanjang masa simpannya sangat penting. Buah dapat diolah
menjadi berbagai bentuk minuman misalnya sirup, jus dan manisan belimbing.
Belimbing wuluh merupakan salah satu
buah yang mengandung vitamin C
cukup besar yaitu 52 mg tiap 100 gr bahan, tetapi kurang diminati oleh
masyarakat, karena rasanya sangat asam. Belimbing wuluh jarang dimakan sebagai
buah segar, tetapi lebih banyak digunakan sebagai bumbu. Untuk itu perlu
dikembangkan dengan teknologi pangan dalam bentuk hasil olahan misalnya dengan
cara dibuat manisan.
Belimbing wuluh yang dibuat manisan akan
mempunyai nilai ekonomi yang lebih tinggi dibanding dengan belimbing wuluh yang
masih segar. Selain itu manisan belimbing wuluh mempunyai tekstur dan rasa yang
enak dan juga mempunyai daya simpan yang lebih lama dibanding belimbing wuluh
segar (Satuhu, 1994).
Di dalam proses pengolahan bahan menjadi
suatu produk, perlakuan tertentu dapat menyebabkan kerusakan nilai gizi,
terutama vitamin C. Kerusakan vitamin ini dapat dikurangi apabila dalam
penanganannya benar, dan memperhatikan sifat-sifat vitamin C antara lain adalah
larut dalam air, mudah teroksidasi karena panas, cahaya, dan udara bebas (dalam
bentuk larutan), rusak oleh pengeringan, pemasakan dan penyimpanan yang lama
(Satuhu, 1994).
Kehilangan vitamin sering terjadi pada
buah-buahan khususnya vitamin C sebagai zat gizi yang penting dari buah-buahan.
Besarnya kerusakan vitamin C tergantung pada proses pengeringan, proses
dehidrasi yang dipilih, kehati-hatian dalam pengeringan dan kondisi penyimpanan
dari bahan kering.
Retensi vitamin dalam bahan makanan yang
dikeringkan dengan pengering buatan umumnya lebih baik daripada dengan
penjemuran alami karena dengan pengeringan buatan suhu dapat dikendalikan.
Bahan pangan yang dikeringkan umumnya
nilai gizinya lebih rendah dibandingkan dengan yang segar. Selama pengeringan
terjadi perubahan warna, tekstur, aroma dan zat gizi. Dengan mengurangi kadar
air bahan pangan yang mengandung senyawa seperti protein, lemak, karbohidrat,
mineral konsentrasi akan lebih tinggi tetapi berbeda dengan vitamin. Kandungan
vitamin C pada buah belimbing wuluh yang dikeringkan akan mengalami penurunan
10–50% karena pencucian, pemasakan, dan pengeringan (Apriantono, 1984).
Pengeringan merupakan proses akhir dari
pembuatan manisan kering. Buah-buahan yang dikeringkan cenderung melepaskan
beberapa vitamin selama proses pengeringan. Sehingga pengeringan merupakan
salah satu faktor penentu dalam pembuatan manisan belimbing wuluh yaitu dengan
adanya pengurangan kadar air pada belimbing wuluh.
B.
Perumusan Masalah
Rumusan
masalah dalam penelitian ini adalah bagaimana pengaruh lama pengeringan
terhadap kadar vitamin C, Kadar Gula, pH dan sifat organoleptik dari manisan
belimbing wuluh.
C.
Tujuan Penelitian
Tujuan dari
penelitian yaitu Mengetahui
pengaruh lama pengeringan pada pembuatan manisan buah belimbing wuluh terhadap
kadar vitamin C, Kadar Gula, pH dan sifat organoleptik.
D.
Manfaat Penelitian
Manfaat dari penelitian ini adalah
1. Meningkatkan nilai ekonomis buah
belimbing wuluh.
2. Menambah keaneka ragaman olahan buah
belimbing wuluh
Memberikan informasi kepada masyarakat tentang lama
pengeringan manisan belimbing wuluh dan pengaruhnya terhadap kadar vitamin C,
pH, dan sifat organoleptik manisan belimbing wuluh
Ini bntuk proposalnya yj
BalasHapusMerit Casino - Xn--o80b910a26eepc81il5g.online
BalasHapusMerit deccasino Casino. 메리트 카지노 고객센터 Xn--o80b910a26eepc81il5g.online. หารายได้เสริม